Tuesday, October 1, 2013

Komuter Kepo

seorang komuter tengah bermain ipad-nya
Awal-awal aku merasa sebel sama orang-orang yang tetap bertelefon, sms, bbm-an, whatsaap-an, bermain game atau membalas email dan up date status dengan tab-nya yang segede gaban di kereta komuter. Kalau lagi sepi sih tidak masalah. Tapi jika itu terjadi di tengah rerimbunan manusia dalam gerbong kereta itu, ya ampun…sebel sekali rasanya. Soalnya, gerakan tangannya suka senggol sana senggol sini. Belum lagi kalau kereta mau berhenti- rerimbunan manusia itu bisa miring kiri atau kanan, maju atau mundur. Sebelku suka bertambah kalau ada yang teriak histeris karna kalah main game-nya.

Tuesday, September 24, 2013

Masinis Oh Masinis

Antrian panjang menuju pintu keluar di Stasiun Sudirman. Foto: Raihan
Pagi ini, perjalanan ke kantor kutempuh dengan menggunakan kereta jurusan Tanah Abang. Begitu sampai di stasiun, kereta sudah masuk. Syukur, aku masih diberi kesempatan untuk menyempilkan badanku yang mungil ini di gerbong terakhir cewek. Fuih...masuk juga tuh badan meski rada sesak.

Sampai di Stasiun Cawang kemudian masuk Stasiun Tebet, perjalanan lumayan lancar. Tapi, begitu meluncur dari Stasiun Manggarai, kereta yang kutumpangi seperti dikejar setan. Beberapa kali kereta oleng ke kanan. Nyaris hampir semua penumpang cewek -khususnya yang berdiri- berteriak histeris. Ada pula yang memaki-maki si masinis kereta.

Let's Rock 'Roker'


Sudah sebulan terakhir ini aku menjadi anggota ‘Roker . Roker itu kependekan dari ‘Rombongan Kereta’. Maklumlah, sudah sebulan ini aku bertempat tinggal  di dekat stasiun kereta Duren Kalibata. Jadi, sehari-hari aku menggunakan transportasi kereta komuter, khususnya ketika pergi dan pulang kerja. 

Hanya membutuhkan waktu lima menit jalan kaki dari tempat tinggalku ke Stasiun Duren Kalibata. So, meski kereta itu penuh sesak ya saudara-saudara (yang disebut beberapa temanku padatnya sangat menggila) tapi rasanya aku sedikit lebih rela berada di dalamnya (dan aku menyebutnya padat yang mempesona), ketimbang  naik bus yang juga jauh dari rasa nyaman ditambah pula macet yang tak terkira. Apalagi, kereta sekarang yang disebut kereta komuter itu, memiliki gerbong khusus wanita. Jadi meski berdesak-desakan, saling senggol dan terkadang saling injak, tak apalah – sesama wanita, ya kan ( meski terkadang mereka lebih gahar dibanding para pria yang ada di gerbong campuran)  


Gerbong wanita di suatu pagi. Kondisi ini terjadi
di jam-jam berangkat/pulang kantor setiap hari. Foto-foto : Raihan Lubis

Rumah Dalam Gang

Dulu ketika masih kecil, aku suka berkhayal  tinggal di rumah yang letaknya di sebuah gang. Dengan posisi rumah berdempet-dempet, tanpa pagar. Dan tentu saja dengan segala keributan yang menghiasinya, lagu-lagu atau drama radio yang berasal dari radio transistor, suara teriakan emak-emak, suara tangis anak-anak, suara bapak-bapak yang marah-marah pada anak atau isterinya, suara kucing bertengkar, dan suara-suara lainnya. Dalam alam pikiran masa kanak-kanakku, membayangkan semua keriuhan itu sangat menyenangkan -terasa hidup. Tapi yang lebih membuat aku sangat ingin tinggal di dalam gang, karena kupikir anak-anak bisa bermain sepanjang hari dan tidak takut pulang kemalaman atau hilang diculik orang.

Jalan Sei Deli dengan latar belakang rel kereta api.
Jarak rel kereta api ke rumahku sekitar 300 meter.
Foto : hariansumutpos.com


Khayalanku itu bermula karena aku dan tiga saudaraku, tinggal di sebuah rumah kecil di tanah yang sangat luas. Luas tanah yang kami tempati itu berkisar 4.000m2. Sementara luas rumah yang kami tempati sekitar 60m2. Kebayangkan seperti apa jadinya.

Wednesday, July 24, 2013

Jakarta Punya Cerita


Jadi Patung

Bergaya noni Belanda. Foto: Raihan Lubis

Banyak jalan ke Jakarta - banyak pula cara mengais rezeki di tanah seribu harapan ini. Tengok saja bagaimana orang-orang mendadani dirinya bak patung, mainan atau bergaya noni Belanda.

Tak ada patokan harga untuk sekali berpose dengan mereka. Kalau rezeki anda berlebih, sepuluh ribu pantaslah buat pengorbanan mereka seharian berdiri tegak tak bergerak. Tapi jika tak ada duit di saku celana, seribu perakpun mereka terima.

Klik, dan foto jadilah. Tapi sebelum anda berpose dengan patung-patung hidup ini, pastikan anda membawa kamera atau paling tidak ponsel anda ada kameranya ya.





Bergaya Mainan. Foto : Raihan Lubis




Patung-patung hidup ini dapat ditemui di kawasan kota tua atau seputaran Monas. Klik!







Sunday, July 7, 2013

Si Kecil

Anak kecil itu menutup matanya
membiarkan debu menyentuh pipinya
membiarkan suara lalu lalang keluar masuk telinganya
membiarkan gemerincing uang recehan berjatuhan di samping kaki mungilnya
membiarkan orang-orang menatap pilu padanya
membiarkan perempuan di sampingnya terus mempertontonkannya
membiarkan angin membelai kulit dekilnya
anak kecil itu, membiarkan hari-hari berlalu - hari-hari yang tak pernah berpihak kepadanya

Jakarta, 6 Juli 2013
 

Pecahkan

Tumpahkan saja isinya
pecahkan saja wadahnya                                                                                         
karena sudah habis semuanya
Jakarta, July 6, 2013